Saya pernah mendengar keluh kesah dari seorang jemaah. Dia sudah berusia sekitar 63 tahun. Menderita sakit sudah lama. Dia bertanya, "Saya, kan, sudah sabar sekian lama, selama saya sakit. Cuma, kok, tidak juga segera sembuh. Sampai kapan saya harus bersabar?" Tentu, banyak di antara kita yang juga sering memiliki keluhan seperti itu, walaupun pasti penyebabnya sangat beraneka ragam.
Sebagaimana sudah dikemukakan, kesabaran adalah salah satu harta terpendam bagi seorang hamba Allah, sebagai bekal menempuh keseluruhan perjalanan hidup. Kesabaran diberikan Allah, terkait dengan coba'an yang juga selalu hadir dalam setiap kehidupan manusia. Adanya rasa nikmat adalah karena adanya kesulitan, cobaan, dan kesempitan sehingga kesabaran selalu dibutuhkan dan harus selalu ada pada diri seseorang, walau tentu saja kadarnya selalu menaik dan menurun, sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Para sahabat terkemuka Nabi, menghadapi kadar cobaan dan musibah yang "super berat" jika dibandingkan dengan orang muslim pada umumnya. Sayidina Abu Bakar misalnya, sejak ia mempercayai Rasulullah, ia di asingkan oleh keluarganya, dicerca, dan dihina oleh hampir seluruh penduduk Mekkah. Ia juga menjadi tameng hidup Rasulullah, sejak di Mekkah, periode awal sebelum hijrah, sampai wafatnya Rasulullah. Tubuhnya penuh dengan bekas luka karena membela Rasulullah. Hartanya selalu habis untuk da'wah Rasulullah.